jurnalistika.id – Musim 2024/2025 mendekati garis akhir, namun tidak semua raksasa Eropa bisa tersenyum lebar. Beberapa klub besar justru tengah berada di ambang musim tanpa gelar alias puasa trofi.
Padahal, mereka dikenal sebagai tim bertabur bintang dan biasa bersaing di level tertinggi setiap musimnya. Namun, rupanya dalam sepak bola hal tersebut tidak cukup.
Berikut ini lima klub elit Eropa yang berpotensi menutup musim ini dengan tangan hampa:
1. Real Madrid
Real Madrid datang ke musim ini dengan ambisi besar, namun perjalanan mereka berliku. Setelah gugur di perempat final Liga Champions usai disingkirkan Arsenal, Madrid kembali terpukul di final Copa del Rey. Kekalahan 2-3 dari sang rival abadi, Barcelona, makin menegaskan bahwa musim ini tidak berjalan sesuai rencana.
Satu-satunya peluang tersisa ada di La Liga. Sayangnya, anak asuh Carlo Ancelotti kini tertinggal empat poin dari Barcelona hingga pekan ke-34.
Baca juga: Kalahkan Bilbao, Bruno Fernandes Cetak Rekor Baru di Liga Europa
Dengan hanya empat laga tersisa, Los Blancos harus berharap Barca terpeleset setidaknya dua kali jika ingin menjaga asa. Jika itu tak terjadi, maka Real Madrid, klub tersukses di Eropa, bakal mengakhiri musim ini tanpa satu pun trofi.
Sebuah ironi pahit untuk tim sekelas mereka. Kendati demikian, mereka masih memenangkan FIFA Intercontinental Cup Winner dan UEFA Supercup Winner jika itu masuk hitungan musim 2024-2025.
2. Manchester City
Manchester City seolah kehilangan tajinya musim ini. Setelah didepak dari Liga Champions dan melihat Liverpool memastikan gelar Premier League, City tinggal menggantungkan harapan pada Piala FA.
Namun, tantangan berat menanti di semifinal. Jika The Citizens terpeleset, terutama saat bertemu tim kejutan seperti Crystal Palace, maka tim besutan Pep Guardiola akan mencatatkan musim tanpa trofi, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak 2017.
Untuk klub yang terbiasa mendominasi kompetisi domestik maupun Eropa, potensi nirgelar ini jelas jadi alarm keras.
3. Manchester United
Sulit menyebut musim 2024/2025 milik Manchester United sebagai sesuatu yang positif. Di Premier League, posisi mereka tercecer di peringkat 15.
Itu artinya, jika musim masih lebih panjang satu kesalahan saja bisa menyeret mereka ke zona degradasi. Skema permainan tak jelas, performa naik turun, dan tekanan pada manajer pun kian tak terbendung.
Baca juga: Apa Klub Sepak Bola Pertama di Dunia? Temukan Jawabannya
Satu-satunya secercah harapan tersisa ada di Liga Europa. Bruno Fernandes dkk sukses membekuk Athletic Bilbao 3-0 di semifinal leg pertama dan membuka peluang ke final.
Namun, jika gagal memanfaatkan keunggulan itu, maka Setan Merah akan kembali menambah musim tanpa trofi ke dalam daftar panjangnya pasca-kepergian Sir Alex Ferguson.
4. Inter Milan
Inter Milan punya modal kuat musim ini, terutama setelah menyegel gelar Scudetto musim lalu. Di bawah kendali Simone Inzaghi, Nerazzurri tampil konsisten dan berhasil melaju hingga semifinal Liga Champions.
Namun, hasil imbang di leg pertama kontra Barcelona membuat mereka harus menang di San Siro pada leg kedua. Tekanan tentu berada di kubu Inter.
Di Serie A sendiri, Inter masih punya peluang meski kecil. Mereka tertinggal tiga poin dari Napoli dengan tiga laga tersisa. Jika Napoli tak terpeleset, dan Inter gagal melewati hadangan Barca, maka musim ini bisa berakhir tanpa gelar untuk klub biru-hitam Milan itu.
5. Bayer Leverkusen
Setahun lalu, Bayer Leverkusen tampil bak dongeng. Xabi Alonso membawa mereka meraih dua gelar, Bundesliga dan DFB Pokal, serta bermain atraktif sepanjang musim.
Namun musim ini, mimpi itu buyar. Leverkusen sudah pasti gagal mempertahankan gelar Bundesliga setelah tertinggal poin terlalu jauh dari Bayern Munchen. Dengan dua laga tersisa, mereka secara matematis tak bisa lagi mengejar.
Tanpa tiket final piala domestik maupun keberhasilan di Eropa, Leverkusen resmi menutup musim ini dengan tangan kosong. Ironisnya, mereka justru tampil lebih impresif secara permainan dibanding musim lalu, tapi hasil akhir berkata lain.
Deretan klub di atas membuktikan bahwa nama besar dan sejarah gemilang bukan jaminan musim yang sukses. Ketatnya kompetisi di Eropa membuat ruang kesalahan makin sempit.
Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.