jurnalistika.id – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penurunan tajam terkait jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia selama lima tahun terakhir.
Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR pada Rabu (28/8/2024), BPS mengungkapkan bahwa sebanyak 9,48 juta orang dari kelas menengah telah turun kelas sejak lima tahun terakhir atau dari tahun 2019.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan penurunan jumlah kelas menengah ini mulai terlihat pasca-pandemi. Pada tahun 2019, jumlah penduduk kelas menengah tercatat sebanyak 57,33 juta orang, atau sekitar 21,45 persen dari total penduduk Indonesia.
Baca juga: Harga Pangan Naik Tajam, Cabai Merah Keriting Capai Rp 50.000 per Kilogram
Namun, angka tersebut terus menurun, menjadi 53,83 juta orang (19,82 persen) pada tahun 2020. Lalu 48,27 juta orang (17,44 persen) pada tahun 2023, dan akhirnya 47,85 juta orang (17,13 persen) pada tahun 2024.
“Jumlah dan persentase penduduk kelas menengah mulai menurun pasca pandemi. Sebaliknya, jumlah dan persentase penduduk yang sedang menuju kelas menengah justru meningkat,” ujar Amalia dalam pemaparannya di depan para anggota DPR.
Masyarakat Naik Kelas Juga Meningkat
BPS juga mencatat adanya peningkatan jumlah penduduk yang berada dalam kategori menuju kelas menengah. Pada tahun 2019, jumlahnya mencapai 128,85 juta orang, atau 48,2 persen dari total penduduk.
Angka itu terus bertambah hingga mencapai 137,5 juta orang, atau 49,22 persen pada tahun 2024.
Kriteria kelas menengah menurut BPS adalah mereka yang memiliki pengeluaran antara 3,5 hingga 17 kali garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Bank Dunia, yaitu sekitar Rp2.040.262 hingga Rp9.909.844 per kapita per bulan.
Sementara itu, kelompok yang menuju kelas menengah memiliki pengeluaran antara 1,5 hingga 3,3 kali garis kemiskinan, yakni sekitar Rp874.398 hingga Rp2.040.262 per kapita per bulan.
Modus pengeluaran kelas menengah berada di angka Rp2.056.494, yang menunjukkan bahwa penduduk kelas menengah lebih dekat dengan batas bawah pengelompokan kelas menengah.
Baca juga: CEO Telegram Ditangkap, Harga TON Merosot?
“Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok kelas menengah akan lebih sulit untuk melompat menuju kelas atas dan lebih rentan jatuh ke kelompok menuju kelas menengah atau bahkan menjadi kelompok rentan miskin,” jelas Amalia.
Perlu Diperhatikan dengan Serius
Data ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah karena kelas menengah dan kelompok menuju kelas menengah berperan sebagai penopang utama perekonomian Indonesia di masa depan.
Gabungan kedua kelompok ini mencakup sekitar 66,6 persen dari total penduduk Indonesia. Adapun konsumsi pengeluaran mereka mencakup 81,49 persen dari total konsumsi masyarakat.
Amalia menekankan pentingnya penguatan daya beli, tidak hanya bagi kelompok miskin, tetapi juga bagi kelas menengah dan mereka yang sedang menuju kelas menengah. Langkah-langkah strategis dari pemerintah juga diperlukan untuk memastikan bahwa kelompok kelas menengah dapat terus berkontribusi terhadap perekonomian nasional tanpa terperosok ke dalam kemiskinan.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini

