Jurnalistika
Loading...

IMF Perkirakan 40 Persen Pekerjaan di Dunia Bisa Hilang Akibat Perkembangan AI

  • Arief Rahman

    16 Jan 2024 | 15:25 WIB

    Bagikan:

image

Kantor International Monetary Fund (IMF). (Dok. commercialriskonline.com)

jurnalistika.id – Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan adanya perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bisa berdampak terhadap 40 persen pekerjaan di seluruh dunia.

IMF menyebutkan dampak tersebut bisa dialami oleh negara-negara yang memiliki jumlah pendapatan tinggi. Sementara negara-negara berkembang dan negara berpendapatan rendah cenderung memiliki dampak yang tidak terlalu besar.

Organisasi perekonomian global itu juga menyebut, dampak AI terhadap tenaga kerja global cenderung memperburuk kondisi lapangan kerja. Sehingga dapat membuat kesenjangan secara menyeluruh.

Baca juga: Dampak Perkembangan AI, Google PHK Ratusan Karyawan di Seluruh Dunia

Dalam mengatasinya, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mendorong para pembuat kebijakan agar turut mencari solusi terhadap tren meresahkan tersebut. Ia juga meminta agar negara-negara mengambil langkah strategis untuk mengatasi teknologi ini agar tidak semakin memicu konflik sosial.

“Kita berada di ambang revolusi yang dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan pertumbuhan global, dan meningkatkan pendapatan di seluruh dunia. Namun, hal ini juga dapat menggantikan lapangan kerja dan memperdalam kesenjangan,” kata Kristalina, dikutip dari CNBC, Selasa (16/1/2024).

Kristalina menyampaikan hal tersebut jelang pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss. Pembahasan terkait dampak AI bakal menjadi salah satu agenda utama dalam acara itu.

Ia menambahkan, di negara maju sebanyak 60 persen pekerjaan terdampak oleh AI. Sekitar setengah dari jumlah tersebut dapat memperoleh manfaat dari bagaimana AI mendorong produktivitas yang lebih tinggi.

Sebagai perbandingan, paparan AI diperkirakan mencapai 40 persen di negara berkembang. Sementara di negara-negara  berpenghasilan rendah 26 persen.

Adapun negara-negara berkembang mengacu pada tempat-tempat seperti India dan Brasil dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sementara negara berpenghasilan rendah mengacu pada negara dengan pendapatan per kapita berada di bawah level tertentu, seperti Burundi dan Sierra Leone.

Banyak Negara Tidak Memiliki Infrastruktur Memadai

Lebih lanjut, Kristalina menjelaskan negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah tersebut banyak yang tidak memiliki infrastruktur memadai. Kemudian ada pula karena persoalan tenaga kerja yang tidak terampil untuk memanfaatkan AI.

“Sehingga meningkat risiko bahwa seiring berjalan waktu, teknologi ini dapat memperburuk ketimpangan,” tutur Kristalina.

“Pekerja yang dapat mengakses AI dapat meningkatkan produktivitas dan gaji mereka. Sementara mereka yang tidak dapat mengakses manfaat AI akan semakin tertinggal,” tambahnya.

AI memang telah menjadi topik hangat belakangan ini, terutama sejak kemunculan ChatGPT yang makin populer. Dengan dukungan AI generatif dapat membuat pengguna melakukan percakapan sesuai dengan kebutuhannya.

Terlebih dapat juga dimanfaatkan untuk menulis esai, pidato, puisi dan banyak lagi. Sehingga membuat orang-orang yang sebelumnya dibutuhkan dalam bidang ini perlahanan tersingkirkan.

Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

Artificial Intelligence (AI)

IMF

Perkembangan Teknologi


Populer

Potret Lautan Massa Aksi Penuhi Jalanan Depan Gedung Parlemen
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami