jurnalistika.id – Boston Celtics mencatatkan sejarah baru di dunia olahraga Amerika Serikat setelah penjualan klub disepakati dengan nilai fantastis 6,1 miliar dolar AS (sekitar Rp99 triliun).
Angka ini melampaui rekor penjualan klub olahraga termahal di AS yang sebelumnya dipegang tim NFL, Washington Commanders, senilai 6,05 miliar dolar AS pada 2023.
NBA mengumumkan bahwa Dewan Gubernur telah menyetujui secara bulat akuisisi ini pada Rabu (13/8/2025) waktu setempat. Transaksi akan segera dituntaskan, dengan kelompok investor pimpinan Bill Chisholm mengambil alih kepemilikan minimal 51 persen.
Baca juga: 5 Duel Piala Super Eropa Paling Dramatis, PSG vs Tottenham Masuk?
Chisholm, pengusaha ekuitas swasta sekaligus lulusan Wharton School, akan memegang kendali penuh pada 2028. Nilai kepemilikan penuh Celtics diproyeksikan bisa meningkat hingga 7,3 miliar dolar AS.
Grup Chisholm turut diperkuat Rob Hale, pengusaha asal Boston yang sudah menjadi pemegang saham Celtics, serta Bruce Beal Jr. Mereka berhasil mengungguli tawaran dari sedikitnya dua konsorsium lain, termasuk milik mantan pemilik minoritas Celtics, Steve Pagliuca.
Menariknya, Pagliuca kini mengalihkan fokusnya untuk membeli klub WNBA, Connecticut Sun, senilai 325 juta dolar AS dengan rencana memindahkannya ke Boston. Kesepakatan ini masih menunggu persetujuan Dewan Gubernur WNBA.
Wyc Grousbeck Pegang Sejak 2002
Celtics sebelumnya dibeli oleh Wyc Grousbeck dan konsorsiumnya pada 2002 seharga 360 juta dolar AS. Di bawah kepemilikan Grousbeck, klub hijau-putih ini meraih dua gelar juara NBA pada 2008 dan 2024.
Catatan tersebut sekaligus mempertahankan status sebagai tim dengan jumlah trofi terbanyak di liga, total 18 gelar.
Meski rekor penjualan ini menggemparkan, posisi Celtics sebagai klub dengan valuasi tertinggi di AS masih berpotensi tergeser. Jika rencana pembelian saham pengendali Los Angeles Lakers oleh Mark Walter terealisasi, valuasi Lakers diperkirakan bisa menembus 10 miliar dolar AS.
Namun, persentase kepemilikan yang akan diambil Walter belum pasti, sementara Jeanie Buss diperkirakan tetap memegang minimal 15 persen saham.
Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.