Jurnalistika
Loading...

Alasan Ada Tanggal 29 Februari di Tahun 2024 dan Hanya Terjadi 4 Tahun Sekali

  • Arief Rahman

    29 Jan 2024 | 09:20 WIB

    Bagikan:

image

Alasan ada tanggal 29 Februari 2024

jurnalistika.id – Biasanya dalam kalender masehi bulan Februari hanya ada 28 hari. Namun, khusus tahun 2024 bulan Februari terdiri dari 29 hari yang artinya ada tanggal 29.

Ada alasan terdapat tanggal 29 Februari pada tahun 2024, menariknya jumlah tersebut hanya terjadi sekali dalam empat tahun. Lantas apa alasan di balik?

Alasan Ada Tanggal 29 Februari dan Hanya Terjadi 4 Tahun Sekali

Adanya tanggal 29 Februari yang muncul tiap empat tahun sekali ini namanya tahun kabisat. Maksudnya, tahun yang punya total 366 hari. Nah, kalau merujuk pada KBBI, kabisat itu adalah tahun yang di dalam bulan Februari ada 29 hari.

Alasan munculnya tanggal 29 Februari setiap empat tahun sekali tidak bisa dilepaskan dengan perjalanan manusia memahami pergerakan benda-benda langit. Sehingga perlu untuk kembali ke zaman romawi kuno atau tepatnya tahun 1500 masehi di bawah kepemimpinan Julius Caesar.

Pada saat itu, di Roma setiap tanggal 25 Desember selalu dipenuhi dengan perayaan untuk memperingati kelahiran Dewa Matahari. Momentum ini dikenal dengan ekuinoks, di mana matahari mencapai titik paling selatan pada lintang 23,5 derajat Selatan.

Baca juga: Sejarah Singkat Muhammad Al Fatih Taklukkan Konstantinopel Saat Usia 21 Tahun

Kemudian, pada suatu hari, perayaan tersebut tiba pada tanggal 21 Desember. Hal ini lalu menimbulkan keraguan dalam pikiran Julius Caesar terhadap ketepatan kalender Gregorian yang digunakan oleh seluruh umat manusia pada zamannya, dengan asumsi bahwa satu tahun hanya terdiri dari 365 hari.

Julius kemudian meminta seorang astronom kerajaan bernama Sosigenes Alexandria, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Sosigenes akhirnya mengembangkan sebuah teori brilian, ia menyimpulkan bahwa bumi sebenarnya membutuhkan 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 45 detik untuk mengelilingi matahari. 

Dengan demikian, setiap empat tahun akan terdapat satu hari ekstra. Pada saat itu, bulan Februari seharusnya memiliki 29 hari dalam tahun biasa dan 30 hari saat tahun kabisat, sementara bulan Agustus memiliki 30 hari. 

Keputusan ini membuat Augustus Caesar, sebagai penerus Julius Caesar, merasa kesal karena bulan yang dinamai sesuai dengannya (Agustus) hanya memiliki 30 hari, sementara bulan yang dinamai Julius Caesar (Juli) mendapat jatah 31 hari.

Sebagai solusinya, Augustus Caesar memutuskan untuk mengambil beberapa hari dari bulan lain agar bulan Agustus memiliki jumlah hari yang sama dengan bulan Juli. Bulan yang menjadi korban penyesuaian ini adalah Februari. 

Sejak saat itu, dalam tahun biasa, Februari hanya memiliki 28 hari, sementara dalam tahun kabisat, Februari mendapat tambahan sehingga memiliki 29 hari.

Mengapa Harus Februari yang Dikurangi?

Dulu bukan Desember yang menjadi bulan terakhir dalam kalender masehi, melainkan Februari. Itulah alasan bulan ini yang dikorbankan untuk dikurangi tanggalnya supaya Agustus memiliki 31 hari.

Pada zaman Raja Numa Pompilius, yang juga hidup pada zaman kerajaan Romawi, kalender masehi hanya ada 10 bulan. Lalu ia menyadari ketidaksempurnaan jumlah tersebut dan tambahkan bulan Januari dan Februari untuk melengkapinya.

Seiring perkembangan waktu, sistem penanggalan mengalami perbaikan lebih lanjut, termasuk penamaan bulan hingga mencapai susunan yang kita kenal sekarang. Meskipun demikian, sistem penanggalan tersebut, termasuk aturan kalender kabisat, mengalami revisi kembali setelah digunakan selama 1500 tahun. 

Setelah periode tersebut, terjadi kesalahan penghitungan yang menyebabkan selisih sebanyak 10 hari, seperti yang dihitung oleh dokter Aloysius Lilius, seorang astronom Italia pada abad ke-16.

Paus Gregorius XIII akhirnya memutuskan untuk melakukan perubahan pada ketentuan penambahan hari dan merancang kalender Gregorian. 

Dalam aturan ini, mereka menetapkan kriteria untuk menentukan tahun kabisat, mengakhiri sekaligus memperbaiki permasalahan perhitungan waktu yang telah berlangsung selama 1500 tahun.

Melalui penetapan ini pada tahun 1582, diresmikan bahwa tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat. Namun, aturan ini tidak berlaku untuk abad baru atau kelipatan 100.

Penanggalan Gregorian, hasil reformasi Paus Gregorius XIII, mulai diterapkan untuk menyelesaikan kesalahan perhitungan waktu yang terjadi selama 1500 tahun.

Istilah kabisat merupakan serapan dari bahasa arab yakni kabisah artinya melompat. Hal ini mengacu pada perpindahan tanggal 28 Februari ke 1 Maret yang bukan tahun kabisat.

Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

Februari

kabisat


Populer

Sejarah Kesultanan Banten Ubah Jalan Perdagangan Nusantara
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami