Jurnalistika
Loading...

Penyebab Ratusan Siswa SMP di Bali Tak Bisa Baca, tapi Lancar Main Medsos

  • Jurnalistika

    17 Apr 2025 | 15:05 WIB

    Bagikan:

image

Ilustrasi. (Pixabay/akshayapatra)

jurnalistika.id – Fenomena mencengangkan terjadi di Kabupaten Buleleng, Bali. Ratusan siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di daerah tersebut diketahui masih belum bisa membaca dengan baik, bahkan ada yang sama sekali belum bisa membaca.

Ironisnya, para siswa tersebut justru fasih menggunakan ponsel dan bermain media sosial.

Data dari Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng mencatat, dari total 34.062 siswa SMP, sebanyak 155 siswa masuk kategori tidak bisa membaca (TBM) dan 208 siswa lainnya tergolong tidak lancar membaca (TLM).

Temuan ini memicu keprihatinan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Baca juga: Info Lengkap Pendaftaran Mahasiswa Baru UNPAM Tahun Ajaran 2025/2026

Wakil Bupati Buleleng Gede Supriatna menilai salah satu penyebab utama kondisi ini adalah penggunaan gawai yang berlebihan di kalangan pelajar. Ia pun mengusulkan adanya pembatasan penggunaan handphone (HP) di lingkungan sekolah.

“Karena ada temuan anak yang tidak bisa menulis, tapi lancar mengetik di HP atau lancar bermedia sosial. Kami tidak menampik adanya teknologi, tapi ini dilakukan agar anak bisa berkonsentrasi dalam menempuh pendidikan,” ujar Supriatna, Senin (14/4/2025), seperti dikutip dari detikcom.

Peran Keluarga Menjadi Sorotan

Selain faktor teknologi, Supriatna juga menyoroti rendahnya peran keluarga dalam mendampingi proses belajar anak di rumah. Ia menegaskan pendidikan tidak bisa sepenuhnya dibebankan pada pihak sekolah saja.

Senada dengan itu, Ketua Dewan Pendidikan Buleleng, I Made Sedana, menilai persoalan ini mencerminkan lemahnya budaya literasi di kalangan siswa. Ia mendorong agar Disdikpora segera melakukan pemetaan terhadap kondisi siswa secara individu.

“Apakah berkebutuhan khusus atau bagaimana. Selain itu, pola mengajar guru juga harus dicermati, apakah sistem administrasi menyebabkan guru sibuk dan abai dalam melakukan pengajaran,” ujarnya.

Penyebab Faktor Internal dan Eksternal

Plt Kepala Disdikpora Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, menjelaskan bahwa rendahnya kemampuan membaca ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.

Dari sisi internal, penyebabnya antara lain kurang motivasi, pembelajaran yang tidak tuntas, gangguan disleksia, disabilitas, dan minimnya dukungan dari keluarga.

Di sisi lain, faktor eksternal seperti dampak jangka panjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) semasa pandemi, ketimpangan literasi sejak jenjang SD, hingga kesalahpahaman dalam implementasi kurikulum turut memperparah keadaan.

Baca juga: Daftar Lengkap Bus Sekolah Gratis di Tangsel, Disertai Rutenya

Ariadi juga menyinggung soal tekanan psikologis yang dialami siswa karena berbagai kondisi keluarga.

“Misalnya siswa memiliki trauma di masa kecil akibat kekerasan rumah tangga, perceraian, atau kehilangan anggota keluarga. Atau korban perundungan,” kata Ariadi.

Fenomena ini menjadi cerminan bahwa tantangan dunia pendidikan di era digital bukan hanya soal akses teknologi, tetapi juga keseimbangan antara kecakapan digital dan kemampuan dasar akademik.

Pemerintah daerah pun diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk memastikan setiap anak mendapatkan hak pendidikan yang layak, termasuk kemampuan membaca yang seharusnya sudah tuntas sejak di bangku sekolah dasar.

Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

Media sosial

medsos

siswa smp

siswa smp bali


Populer

3 Hasil Paling Mengejutkan Liga Champions Pekan Kelima
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami