Jurnalistika
Loading...

7 Bahaya Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Mental dan Fisik

  • Jurnalistika

    26 Mei 2025 | 10:35 WIB

    Bagikan:

image

Ilustrasi pernikahan dini. (Unsplash/Ben Waardenburg)

jurnalistika.id – Isu terkait pernikahan dini kembali mencuat ke publik setelah viralnya video prosesi pernikahan adat Nyongkolan di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Video itu memperlihatkan sepasang remaja, YL (15) dan RN (16), yang masih duduk di bangku SMP dan SMK, resmi menikah di usia yang sangat muda.

Meski banyak yang memuji keberanian keduanya, tak sedikit pula yang mengkhawatirkan dampak serius dari praktik pernikahan dini, terutama terhadap kesehatan mental dan fisik anak.

Pernikahan dini, atau pernikahan anak, adalah praktik yang secara global masih marak terjadi meskipun tren-nya menurun dalam satu dekade terakhir.

Data UNICEF pada Juli 2023 mencatat bahwa sekitar satu dari lima anak perempuan di dunia menikah sebelum usia 18 tahun. Bahkan, setiap tahunnya diperkirakan ada sekitar 12 juta anak perempuan yang dinikahkan sebelum waktunya.

Bahaya Pernikahan Dini Terhadap Fisik dan Mental

Berikut ini adalah tujuh bahaya serius pernikahan dini terhadap kesehatan mental dan fisik anak.

1. Kehamilan Berisiko Tinggi dan Kematian Ibu Muda

Remaja perempuan yang menikah dini sering kali harus menjalani kehamilan dan persalinan saat tubuh mereka belum siap secara biologis.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), komplikasi kehamilan adalah penyebab utama kematian pada anak perempuan berusia 15–19 tahun di seluruh dunia.

Bahkan, anak perempuan yang melahirkan sebelum usia 15 tahun memiliki risiko lima kali lebih besar meninggal saat melahirkan dibandingkan perempuan usia 20-an.

Baca juga: Tips Menjaga Kebersihan Rumah Saat Anjing Menstruasi

Selain itu, mereka juga rentan terhadap cedera serius seperti fistula obstetrik, kondisi medis yang menyebabkan kebocoran urine atau feses secara permanen akibat proses persalinan yang tidak aman.

Ironisnya, sekitar 65% dari kasus fistula ini terjadi pada anak perempuan di bawah usia 18 tahun.

2. Angka Kematian Bayi yang Tinggi

Dampak kehamilan dini bukan hanya dirasakan oleh sang ibu, tetapi juga bayi yang dilahirkan. Anak perempuan yang melahirkan sebelum usia 20 tahun memiliki kemungkinan lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat badan rendah, kelahiran prematur, atau bahkan mengalami kematian neonatal.

Menurut organisasi Girls Not Brides, risiko kematian bayi baru lahir dan lahir mati 50% lebih tinggi pada ibu muda di bawah usia 20 tahun dibandingkan ibu yang lebih dewasa.

3. Risiko Tinggi Kekerasan dalam Rumah Tangga

Pernikahan dini sering dikaitkan dengan harapan akan keamanan ekonomi atau sosial. Namun kenyataannya, anak perempuan yang menikah sebelum usia 15 tahun hampir 50% lebih mungkin mengalami kekerasan fisik atau seksual dari pasangan mereka dibandingkan yang menikah setelah usia 18 tahun.

Baca juga: 5 Tips Memilih Laptop Sesuai Kebutuhan, Jangan Asal Beli!

Banyak dari mereka juga menggambarkan pengalaman seksual pertamanya sebagai paksaan, bukan kehendak sendiri. Hal ini memperkuat siklus trauma yang berdampak jangka panjang pada kesehatan mental.

4. Rentan Terinfeksi HIV dan Penyakit Menular Seksual

Pengantin anak biasanya tinggal di daerah dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan, informasi soal hak seksual dan reproduksi, serta perlindungan dari penyakit.

Kurangnya edukasi membuat mereka lebih berisiko tertular HIV/AIDS. Apalagi jika pasangan mereka adalah pria yang jauh lebih tua dan memiliki riwayat seksual yang tidak aman.

Di Afrika misalnya, pernikahan anak menjadi salah satu penyumbang utama infeksi HIV baru pada remaja perempuan.

5. Kurangnya Pengetahuan Kesehatan dan Perawatan Diri

Anak perempuan yang menikah dini kerap tidak dibekali pengetahuan yang cukup tentang menjaga kesehatan pribadi dan keluarganya.

Mereka belum paham bagaimana merawat bayi, mengelola rumah tangga, atau menjaga kebersihan yang layak.

Hal ini bisa memicu penyakit menular seperti kolera, diare, tifus, atau infeksi kulit yang menyebar melalui air atau sanitasi yang buruk.

6. Kesehatan Mental yang Rentan Terganggu

Pernikahan dini menempatkan remaja perempuan dalam beban peran orang dewasa sebelum waktunya. Mereka harus mengelola rumah, mengurus anak, dan menyenangkan pasangan, padahal usia mereka seharusnya masih diisi dengan belajar dan bermain.

Tekanan ini dapat memicu stres, depresi, dan perasaan terisolasi yang berbahaya bagi kesehatan jiwa. Mereka juga kehilangan kendali atas hidupnya sendiri, termasuk dalam hal pendidikan dan karier.

7. Kehamilan Tidak Diinginkan dan Beban Fisik Berat

Karena tidak memiliki kendali atas alat kontrasepsi dan belum siap menjalani peran sebagai ibu, banyak pengantin anak mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

Beberapa harus melahirkan secara caesar atau mengalami komplikasi serius yang mengancam nyawa.

Selain itu, mereka juga dibebani pekerjaan rumah tangga yang berat, seperti mengangkat barang atau mengurus anak, yang bisa menimbulkan nyeri punggung, gangguan pertumbuhan, hingga cedera jangka panjang.

Masyarakat dan pemerintah perlu bersinergi dalam memberikan edukasi, menciptakan perlindungan hukum yang tegas. Lalu mendorong anak-anak untuk mengembangkan potensinya melalui pendidikan, bukan pernikahan dini.

Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

Sumber: unicef.org, plancanada.ca, dan Healthline.

bahaya pernikahan dini


Populer

Fadli Zon Bantah Perkosaan 1998, Ternyata Begini Temuan TGPF
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami