Jurnalistika
Loading...

Rupiah Melemah Akibat Penguatan Dolar AS, Dipicu Solidnya Data Ketenagakerjaan AS

  • Jurnalistika

    10 Feb 2025 | 10:35 WIB

    Bagikan:

image

Ilustrasi uang kertas rupiah. (Pixabay/mufidpwt)

jurnalistika.id – Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan pada awal pekan ini, melemah hingga 49 poin atau 0,30 persen menjadi Rp16.332 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.283 per dolar AS.

Pelemahan mata uang rupiah sejalan dengan penguatan dolar AS yang didorong oleh data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang masih solid.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengungkapkan data ekonomi yang dirilis akhir pekan lalu menunjukkan kondisi ketenagakerjaan AS masih kuat, yang turut memberikan sentimen positif bagi dolar AS.

“Data ekonomi AS yang rilis di akhir pekan kemarin masih menunjukkan kondisi ketenagakerjaan AS yang masih solid dan peluang kenaikan inflasi,” ujar Ariston di Jakarta, Senin (10/2/2025).

Baca juga: Prabowo Geram, Menteri yang Tak Seirama Terancam Dicopot

Tercatat, tingkat pengangguran AS pada Januari 2025 mengalami penurunan menjadi 4 persen dari sebelumnya 4,1 persen. Selain itu, kenaikan upah meningkat 0,5 persen dari sebelumnya 0,3 persen.

Sementara ekspektasi inflasi melonjak menjadi 4,3 persen dari sebelumnya 3,3 persen. Faktor-faktor tersebut semakin memperkuat posisi dolar AS terhadap mata uang lainnya.

“Pagi ini, indeks dolar AS sudah di kisaran 108,35, dibandingkan Jumat (7/2) pagi sebelumnya di kisaran 107,77,” kata Ariston.

Selain faktor ketenagakerjaan, penguatan dolar AS juga dipicu oleh ekspektasi pasar terhadap kemungkinan perang dagang akibat kebijakan kenaikan tarif impor yang dicanangkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Hal ini menambah ketidakpastian di pasar keuangan global dan semakin menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Baca juga: Menjelang Ramadhan: Euforia Berbagi, Ledakan Konsumsi, dan Ancaman Krisis Beras Khusus

Di tengah tekanan terhadap rupiah, Ariston memprediksi bahwa potensi pelemahan rupiah hari ini bisa mencapai Rp16.350 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp16.250 per dolar AS.

Namun, di sisi lain, data inflasi Indonesia yang masih rendah dan stabil memberikan sedikit angin segar bagi pasar. Selain itu, kenaikan cadangan devisa yang terjadi pekan lalu juga menjadi faktor yang membantu menahan pelemahan rupiah agar tidak semakin dalam.

“Data inflasi Indonesia masih bagus dan seperti biasa rendah. Jadi, mungkin bukan kejutan untuk pasar. Minggu lalu, ada data cadangan devisa yang naik, ini sih kejutan. Jadi, sedikit membantu menahan pelemahan rupiah,” tutur Ariston.

Dengan kombinasi faktor eksternal dan internal ini, pelaku pasar akan terus mencermati perkembangan kebijakan ekonomi global serta pergerakan dolar AS yang masih menjadi faktor utama dalam menentukan arah rupiah ke depan.

Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

Dolar AS

kurs rupiah

mata uang rupiah


Populer

3 Hasil Paling Mengejutkan Liga Champions Pekan Kelima
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami