Jurnalistika
Loading...

Apa Untungnya Rupiah Diubah dari Rp1.000 Jadi Rp1 bagi Rakyat?

  • Reinaldi Bagya

    11 Nov 2025 | 09:03 WIB

    Bagikan:

image

Ilustrasi.

jurnalistika.id – Wacana redenominasi rupiah kembali mengemuka, kali ini lewat Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2025–2029 yang baru diteken Menteri Purbaya Yudhi Sadewa.

Sejak Bank Indonesia mewacanakannya pada 2010, redenominasi telah berulang kali dikaji. Alasannya bukan karena rupiah melemah, melainkan karena nominal yang terlalu panjang membuat urusan ekonomi jadi tidak efisien.

Sistem akuntansi, software perbankan, hingga laporan keuangan negara kerap harus bekerja lebih keras hanya untuk membaca sederet angka nol.

Baca juga: Cek Daftar 10 Nama Pahlawan Nasional 2025, Ada Soeharto, Gus Dur hingga Marsinah

Redenominasi tidak menurunkan nilai uang. Nilai beli masyarakat tetap sama, hanya cara menulisnya yang disederhanakan.

Jadi, harga nasi goreng Rp15.000 saat ini akan menjadi Rp15 nanti. Namun, dari pengurangan angka nol tersebut, apa untungnya buat masyarakat?

Sederet Manfaat Redenominasi

Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa manfaat jika redenominasi benar diterapkan.

Transaksi Lebih Mudah

Kalau redenominasi jadi diterapkan, masyarakat akan lebih mudah bertransaksi. Catatan akuntansi jadi ringkas, dan risiko salah tulis nominal pun turun drastis.

Bayangkan seorang kasir yang sehari memproses ratusan transaksi bernilai jutaan. Menghilangkan tiga nol akan mempersingkat waktu mengetik, sekaligus mengurangi potensi salah input yang bisa berakibat fatal.

Selain itu, penyederhanaan nominal membuat data keuangan perusahaan lebih mudah dikelola. Sistem digital di perbankan pun tidak lagi terbebani deretan angka besar yang memperlambat kinerja mesin.

Dari sisi efisiensi, ini ibarat membersihkan semak-semak yang menghalangi jalannya roda ekonomi.

Psikologi Uang dan Rasa Percaya Diri

Ada pula dimensi psikologis yang jarang dibahas. Seperti dikutip dari CNBC Indonesia, ekonom senior Raden Pardede menyebut, perubahan nominal dapat menumbuhkan rasa percaya diri terhadap mata uang sendiri.

Kalau nilai tukar ke dolar AS bukan lagi Rp15.000 melainkan Rp15, jarak mental masyarakat terhadap kekuatan ekonomi global seakan menyempit.

Namun ia juga menegaskan, redenominasi bukan sulap yang bisa langsung menguatkan kurs rupiah. Nilai tukar tetap ditentukan oleh hal-hal mendasar seperti inflasi, neraca perdagangan, dan arus modal.

Jadi dampak utamanya ada pada persepsi dan kemudahan sistem, bukan pada perubahan nilai.

Efisiensi dalam Banyak Aspek

Manfaat lainnya datang dari sisi negara. Biaya cetak uang bisa berkurang karena jumlah variasi pecahan menurun. Uang logam bertahan lebih lama karena tak harus sering diganti.

Bahkan menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, sistem pembayaran digital dan perbankan bisa bekerja lebih cepat. Tanpa deretan nol, setiap transaksi berjalan lebih ringan di sistem teknologi.

Dari perspektif kebijakan moneter, redenominasi juga membantu bank sentral memantau inflasi. Perubahan harga jadi lebih mudah diamati karena skala angkanya lebih kecil dan lebih realistis.

Perlu Persiapan Matang

Namun, Indonesia tidak bisa gegabah. Banyak negara melakukan redenominasi karena krisis atau hiperinflasi, seperti Zimbabwe dan Brasil.

Indonesia berbeda, karena justru ingin melakukannya saat ekonomi relatif stabil. Artinya, tujuan utama bukan penyelamatan ekonomi, melainkan pembaruan sistem administrasi dan efisiensi jangka panjang.

Karena itu, kesiapan publik menjadi hal paling penting. Pemerintah harus memastikan sosialisasi menyeluruh agar masyarakat tidak salah paham, sebab jika komunikasi buruk, bisa muncul kepanikan seperti mengira uangnya kehilangan nilai.

Lebih Ringkas, Lebih Modern

Jika semua disiapkan dengan baik, redenominasi bisa menjadi langkah simbolik menuju modernisasi sistem keuangan. Bukan hanya memangkas tiga nol, tetapi juga menata cara bangsa ini memandang uang, menghitung nilai, dan mengelola efisiensi ekonomi.

Dengan kata lain, keuntungan paling nyata bagi masyarakat bukan pada bertambahnya nilai rupiah di dompet, melainkan pada kemudahan, efisiensi, dan rasa percaya diri terhadap stabilitas ekonomi negeri sendiri.

Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.


Populer

Rangkuman Terkini Soal Banjir Besar di Sumut, Sumbar, dan Aceh
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami