jurnalistika.id – Pada bulan Ramadhan terdapat sederet peristiwa penting nan luar biasa. Salah satunya, dalam bulan ini terdapat peristiwa turunnya al-Qur’an atau dalam bahasa Arab kita kenal istilah nuzulul Qur’an. Atas peristiwa ini, umat Islam di dunia setiap tahunnya memperingati peristiwa agung dan istimewa ini.
Berkaitan dengan waktu turunnya al-Qur’an, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Ada yang berpendapat bahwa peristiwa Nuzulul Qur’an ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan. Ini pendapat yang paling familiar di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, ada yang mengatakan peristiwa ini terjadi pada tanggal 24 Ramadhan. Ada pula yang mengatakan terjadi pada tanggal 18 Ramadhan. Selain itu ada pula yang berpendapat terjadi pada tanggal 19 Ramadhan.
Terlepas dari ragam pendapat perihal tanggal terjadinya peristiwa ini, tentunya tak kalah pentingnya bagi umat Islam mengetahui makna Nuzulul Qur’an. Selain itu, penting juga mengetahui fase-fase turunnya Al-Qur’an.
Arti Nuzulul Qur’an
Secara etimologi, nuzulul Qur’an terdiri atas dua kata yaitu kata nuzul, yang artinya turun ari tempat yang tinggi dan al-Qur’an yang artinya kitab suci Al-Qur’an. Jika disatukan berdasarkan makna perkata ini, nuzulul Quran berarti proses turunnya Al-Qur’an dari tempat yang tinggi ke bumi.
Dengan demikian, nuzulul Quran adalah merupakan peristiwa turunnya Al-Quran dari Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW di muka bumi.
Berdasarkan keterangan di atas, nuzulul Quran juga dapat diartikan sebagai peristiwa turunnya Al-Qur’an dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia di dunia agar memperoleh kebahagiaan.
Tahapan-Tahapan Nuzulul Qur’an
Ketika Al-Qur’an ini diturunkan, melewati 2 tahapan, yaitu tahap pertama, Allah menurunkan Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia. Tahap kedua, Allah menurunkan Al-Qur’an dari langit dunia ke bumi.
Syekh Muhammad Ali As-Shabuni dalam Kitab At-Tibyan fi Ulumil Qur’an menjelaskan antara lain nuzulul Qur’an atau proses turun Al-Qur’an, hikmah penurunan Al-Qur’an secara bertahap, metodologi penulisan dan kodifikasi Al-Qur’an.
للقرآن الكريم تنزلان الأول من اللوح المحفوظ إلى السماء الدنيا جملة واحدة في ليلة القدر، الثاني من السماء الدنيا إلى الأرض مفرقا في مدة ثلاث وعشرين سنة
“Al-Qur’an diturunkan pada dua fase: pertama, dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia (Baitul Izzah) sekaligus pada malam Lailatul Qadar; kedua, dari langit dunia ke bumi secara bertahap selama 23 tahun,” (Muhammad Ali As-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, [Jakarta, Darul Mawahib Al-Islamiyah: 2016 M], halaman 33),” dikutip dari laman NU.
Tahap Pertama
Dalam Al-Qur’an Surat As-Syura ayat 1-3, Surat Al-Qadar ayat 1-2, dan Surat Al-Baqarah ayat 185 menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan melalui perantara malaikat Jibril AS, yaitu dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia atau Baitul Izzah.
Adapun Surat Al-Isra ayat 106 dan Surat Al-Furqan ayat 32 menjelaskan nuzulul Qur’an atau proses turun Al-Qur’an pada fase kedua, yaitu penurunan Al-Qur’an dari Baitul Izzah ke bumi secara bertahap selama 23 tahun sesuai kebutuhan, yaitu selama Nabi Muhammad saw diutus sebagai rasul pada usi 40 hingga wafat pada usia 62-63 tahun.
Tahap Kedua
Sedangkan tahap kedua nuzulul Qur’an membedakan proses turunnya Al-Qur’an dan kitab suci sebelumnya. Kalau kitab suci sebelumnya diturunkan sekaligus, Al-Qur’an diturunkan pada fase kedua secara bertahap selama 23 tahun. Fase kedua penurunan Al-Qur’an secara bertahap selama 23 tahun ini mengandung banyak hikmah. Syekh Muhammad Ali As-Shabuni menyebut sedikitnya enam hikmah agung penurunan Al-Qur’an secara bertahap. Salah satunya membuat perubahan norma sosial secara bertahap.
Nuzulul Qur’an atau proses turun Al-Qur’an merupakan anugerah besar bagi umat manusia. Allah memuliakan umat manusia dengan menurunkan Al-Qur’an sebagai penutup kitab suci sebelumnya.
Baca berita dan ikuti jurnalistika di Google News, klik di Sini.
Kontibutor: Khazim
