jurnalistika.id – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengkritik keputusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengusung Mohamad Sohibul Iman sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Anies Baswedan.
Wakil sekretaris jenderal PKB, Syaiful Huda menyebut keputusan PKS itu blunder dan menilai hal tersebut menunjukkan ketidaktegasan.
“Menurut saya, itu adalah blunder. Komunikasi politik seperti ini hanya menutup pintu bagi partai lain yang ingin menjalin kemitraan,” ujar Huda.
Baca juga: Gerindra Galang Koalisi Lawan PDIP di Solo: Persaingan Ketat di Pilkada 2024
Huda juga menyoroti perubahan keputusan PKS dalam waktu dua hari. Pasalnya, sebelumnya sudah mengumumkan Sohibul Iman sebagai satu-satunya calon gubernur.
“Ini hanya menunjukkan ketidaktegasan di antara rekan-rekan saya di PKS. Pertama, mereka mengumumkan Pak Sohibul Iman sebagai calon gubernur tunggal. Tetapi dua hari kemudian, ketua PKS mengoreksi keputusan tersebut dan secara sembarangan memasangkan Saudara Anies dengan Sohibul,” tambah Huda.
PKB dan PKS perlu membentuk koalisi untuk memenuhi ambang batas pencalonan karena kekurangan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta. PKB menjadi yang pertama mendeklarasikan Anies sebagai calon potensial untuk pemilihan gubernur Jakarta yang akan datang pada 27 November.
Dari perjalanan politik, PKB dan PKS telah berkolaborasi selama pemilihan presiden Februari lalu. Saat itu, PKB bergabung dengan Koalisi Perubahan pada menit-menit terakhir.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, kemudian menjadi calon wakil presiden tanpa pemberitahuan kepada PKS. Pada pemilihan gubernur Jakarta tahun 2017, PKS juga mendukung Anies, meskipun calon wakilnya bukan dari PKS.
Mengingat dinamika politik dan koalisi yang sedang dibangun, kritik dari PKB ini menambah ketegangan dalam persiapan pemilihan gubernur Jakarta yang semakin dekat.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini