jurnalistika.id – Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menepis rumor yang menyebutkan perusahaan minyak raksasa Rusia, Rosneft, menarik diri dari proyek kilang di Tuban, Jawa Timur. Bahlil menegaskan bahwa Rosneft hanya ingin merundingkan kembali perjanjian yang ada.
Rosneft telah bermitra dengan perusahaan minyak milik negara, PT Pertamina, dalam proyek kilang minyak akar rumput di Tuban melalui skema usaha patungan. Proyek ini bertujuan untuk membangun kilang minyak dari awal.
Namun, perang yang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina telah mengaburkan rencana tersebut. Terutama dengan adanya sanksi dari negara-negara Barat terhadap perusahaan-perusahaan Rusia.
“Dulu memang ada kendala lahan, tapi sudah kami tangani. … Dalam proses pelaksanaan, terjadi perang Rusia-Ukraina. … Dan saat ini, kami sedang mencari jalan keluar agar proyek ini bisa berjalan,” ujar Bahlil kepada pers di Jakarta pada Senin (29/7/2024).
Bahlil menekankan bahwa Rosneft tidak meninggalkan proyek tersebut, tetapi sedang merundingkan kembali kesepakatan akibat ketidakpastian geopolitik yang disebabkan oleh perang.
“Namun, bukan berarti mereka (Rosneft) keluar dari proyek (Tuban) ini. Rosneft hanya merundingkan kembali kesepakatan tersebut karena ada beberapa ketidakpastian geopolitik,” tambahnya.
Baca juga: Jokowi dan Megawati Kasih Thariq dan Aaliyah Massaid Kado Nikah, Ini Isinya
Kemitraan antara Rosneft dan PT Pertamina dimulai pada tahun 2017, dengan Pertamina memegang 55 persen saham. Proyek kilang Tuban ini diberi status Proyek Strategis Nasional (PSN), yang memungkinkan proses perizinan lebih mudah dan birokrasi lebih sedikit.
Kilang ini diharapkan dapat memproduksi bahan bakar minyak dan petrokimia, serta membantu Indonesia mencapai kemandirian energi.
Proyek ini sempat menjadi sorotan beberapa tahun lalu karena masalah pembebasan lahan. Warga setempat akhirnya menjual tanah mereka ke PT Pertamina, yang kemudian mengubah desa-desa di sekitar kilang menjadi “kampung para miliarder” karena banyak warga yang membeli mobil dengan uang ganti rugi.
Bahlil juga menyebutkan bahwa ada calon mitra investasi lain untuk proyek Tuban, meskipun Rosneft tetap menjadi pilihan utama. “Ya, ada alternatif, tapi kami tetap pada Rosneft,” ujarnya.
PT Pertamina sebelumnya mengungkapkan bahwa keputusan investasi final untuk proyek Tuban kemungkinan akan diumumkan pada awal 2025. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, pemerintah berharap proyek kilang ini dapat segera berjalan dan memberikan kontribusi bagi kemandirian energi Indonesia.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini