jurnalistika.id – Anime Orb: On the Movements of the Earth merupakan salah satu tontonan yang direkomendasikan bagi pecinta hiburan asal Jepang ini.
Orb: On teh Movements of the Earth adalah sebuah refleksi mendalam tentang pertarungan abadi antara akal sehat dan dogma, antara kebenaran ilmiah dan kekuasaan yang menindas.
Penonton diajak ke balik latar abad pertengahan yang suram dan atmosfer yang penuh ketegangan. Anime ini menghadirkan narasi yang tajam tentang bagaimana kebenaran seringkali harus dibayar dengan harga yang mahal, bahkan nyawa.
Baca juga: 7 Rekomendasi Anime Seru, Cocok Ditonton Sambil Nunggu Buka Puasa Ramadhan
Namun, di tengah segala kesuraman, ada cahaya harapan yang bersinar: keyakinan bahwa kebenaran, meski tertindas, pada akhirnya akan menemukan jalannya sendiri.
Plot Cerita di Abad Pertengahan
Cerita Orb: On teh Movements of the Earth berlatar di Polandia abad pertengahan, ketika gereja memiliki kekuasaan mutlak dan sains dianggap sebagai ancaman terhadap otoritas religius.
Rafal, sang protagonis, adalah anak ajaib yang cerdas, yang menemukan kebenaran tentang pergerakan bumi melalui mentornya.
Namun, kebenaran itu bukanlah sesuatu yang bisa diterima begitu saja. Inkuisisi, dengan segala kekejamannya, datang untuk menghancurkan siapa pun yang berani menentang dogma gereja.
Rafal pun terpaksa melarikan diri, membawa liontin misterius dan penelitian mentornya, sambil berusaha menerangi dunia yang gelap dengan cahaya ilmu pengetahuan.
Membosankan, tapi Mengajak Berpikir
Anime ini bukanlah tontonan yang ringan. Ia memaksa penonton untuk berpikir, merenung, dan bahkan merasa tidak nyaman. Bagi mereka yang mencari aksi spektakuler atau plot yang penuh kejutan, Orb mungkin akan terasa membosankan.
Namun, bagi mereka yang tertarik pada pertarungan ide, konflik antara sains dan agama, serta perjuangan manusia untuk mempertahankan integritas intelektual, anime ini adalah sebuah mahakarya.
Salah satu aspek paling menonjol dari Orb adalah penggambarannya tentang kekuasaan dan kekerasan. Negara dan gereja digambarkan sebagai entitas yang siap menggunakan segala cara—penyiksaan, pembunuhan, dan teror—untuk mempertahankan status quo.
Baca juga: Apa Band Pertama di Dunia? Simak Penjelasannya
Mereka tidak hanya menindas tubuh, tetapi juga pikiran. Mereka mengeksploitasi ketakutan, memanipulasi hubungan personal, dan menghancurkan segala yang dicintai oleh para “sesat” yang berani menentang.
Penjahat utama dalam cerita ini, seorang tokoh yang mewakili kekuasaan gereja, adalah salah satu antagonis paling menakutkan dalam sejarah anime. Ia bukan hanya jahat, tetapi juga cerdik, licik, dan tanpa belas kasihan.
Namun, di tengah segala kekejaman itu, ada harapan. Harapan itu datang dari keyakinan para protagonis bahwa kebenaran ilmiah—meski harus dibayar dengan penderitaan dan kematian—akan membawa perubahan.
Mereka adalah orang-orang yang rela mengorbankan segalanya, bukan untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk generasi mendatang. Mereka percaya bahwa suatu hari nanti, obor kebenaran yang mereka bawa akan menerangi dunia.
Anime ini memberikan pesan yang kuat dan menginspirasi, terutama di era modern di mana kebenaran seringkali dikubur oleh kepentingan politik dan ekonomi.
Visual Orb
Secara visual, Orb adalah sebuah keindahan. Gambar-gambar langit malam yang jernih, tanpa polusi cahaya, mengingatkan kita pada keajaiban alam semesta yang seringkali kita lupakan.
Di sisi lain, adegan-adegan penyiksaan di ruang bawah tanah yang gelap menggambarkan kengerian yang bisa dilakukan manusia terhadap sesamanya.
Namun, penyutradaraan Kenichi Shimizu memastikan kekerasan itu tidak pernah terasa porno atau berlebihan. Setiap adegan dirancang dengan cermat, penuh makna, dan menambah kedalaman cerita.
Karakter-karakter dalam Orb juga layak diapresiasi. Meski beberapa dari mereka hanya muncul dalam satu atau dua episode, masing-masing memiliki motivasi, ketakutan, dan hubungan yang unik.
Rafal, sang protagonis, adalah simbol perjuangan melawan ketakutan dan ketidakpastian. Ia bukanlah pahlawan yang sempurna, ia memiliki kelemahan dan keraguan, tetapi justru itulah yang membuatnya manusiawi.
Karakter-karakter lain, seperti para sesama ilmuwan yang berjuang bersamanya, juga digambarkan dengan kompleksitas yang menarik. Mereka orang-orang yang percaya pada kebenaran, tetapi juga memiliki sisi gelap yang membuat mereka tidak selalu mudah untuk didukung.
Anime Dibuka dengan Kalimat Filosofis
Pembukaan anime ini layak mendapat pujian khusus. Dengan kalimat pembuka yang menggugah.
“Untuk mendapatkan roti, orang memberi uang, untuk mendapatkan hak, orang memberi pajak, untuk mendapatkan upah, orang memberi upaya. Maka apa yang harus diberikan untuk mendapatkan kebenaran tentang dunia?”
Pembukaan itu langsung menancapkan kailnya ke dalam benak penonton. Sebab, pertanyaan itu relevan dalam konteks cerita, juga menjadi refleksi bagi dunia modern, yang memperlihatkan kebenaran seringkali dikorbankan demi kepentingan sesaat.
Orb: On the Movements of the Earth adalah anime yang menantang. Ia tidak hanya menghibur, penonton juga dipaksa untuk merenung tentang arti kebenaran, harga yang harus dibayar untuk memperjuangkannya, dan pentingnya mempertahankan integritas intelektual di tengah tekanan sosial dan politik.
Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh hoaks dan manipulasi, anime ini adalah pengingat yang kuat bahwa kebenaran, meski sulit dan berbahaya. tetap layak untuk diperjuangkan.
Apabila kisah dalam Orb: On the Movement of the Earth coba disingkat, lirik lagu dari anak penyair Wiji Thukul, Fajar Merah, yang berjudul “Kebenaran Akan Terus Hidup” tampaknya bisa menggambarkan.
“Suaraku tak bisa berhenti bergema/ di semesta raya suaraku membara/ walau kau terus saja coba membungkamnya/ namun suaraku takkan bisa kau redam.”
“Karena kebenaran akan terus hidup/ sekalipun kau lenyapkan/ kebenaran takkan mati/ aku akan tetap ada dan berlipat ganda…“
Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.