Jurnalistika
Loading...

TRAVEL

5 Fase Sejarah Kota Jakarta, Sempat Jadi Daerah Kekuasaan Kerajaan Suku Sunda

Mari mengenal sejarah Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta yang dulunya ternyata merupakan daerah suku Sunda.

  • Ananda Nova

    18 Sep 2023 | 09:45 WIB

    Bagikan:

image
Museum Fatahillah, Bangunan Ikonik Sejarah Jakarta. (gni.kemendikbud.go.od)

Jakarta memiliki beberepa periode dalam sejarah dan perkembangannya, mulai dari zaman kerajaan, kemudian beralih ke masa kolonialisme, lalu pra-kemerdekaan Indonesia hingga pasca-kemerdekaan hingga sekarang. Mengenal sejarah Jakarta yang saat ini merupakan salah satu kota terpadat di Indonesia tentu tidak ada salahnya, karena bisa menambah wawasan kebangsaan.

Penasaran bagaimana sejarahnya? Berikut telah dirangkum dari laman resmi Jakarta.

1. Masa Kekuasaan Kerajaan Hindu Padjajaran

Sebelum dikenal dengan sebutan Jakarta, termyata menurut buku sejarah kisah Jakarta dari tahun 1950 hingga 1980 dimulai sebagai sebuah pelabuhan bernama Sunda Kelapa yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Hindu Pajajaran. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu di Jawa Barat yang beribukota Pakuan (sekarang menjadi Bogor). Pada masa jayanya, kerajaan yang berdiri pada tahun 923 Masehi ini adalah kerajaan yang kuat.

Begitu juga saat daerah Jakarta masih merupakan pusat perdagangan dan menjadi daerah tersibuk yang pada akhirnya mengundang minat Portugis untuk datang. Pada tahun 1552, atas perintah Gubernur Malaka, bangsa Portugis sebagai pendatang asing pun mulai memasuki Sunda Kelapa dengan tujuan meminta izin untuk membangun benteng dekat muara Sungai Ciliwung.

Rencana pembangunan benteng tersebut akhirnya mendapat persetujuan. Namun, ketika bangsa Portugis kembali pada tahun 1527, Sunda Kelapa sudah berada di bawah kekuasaan Pangeran Fatahillah.

2. Sunda Kelapa berubah menjadi Jayakarta di Bawah Kekuasaan Pangeran Fatahillah

Melanjutkan sejarah singkat Kota Jakarta, peralihan kekuasaan dari Sunda Kelapa ke tangan Fatahillah memicu pertempuran antara keduanya yang berlangsung hingga Fatahillah berhasil memenangkan pertempuran dan mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Seiring dengan pertumbuhan perdagangan yang pesat di Jayakarta, wilayah ini menjadi magnet bagi para pedagang dari Eropa, Belanda, Portugis, dan Inggris.

Bangsa-bangsa Eropa ini mendirikan banyak pusat perdagangan di Jayakarta, menjadikannya pusat perdagangan yang sibuk. Jayakarta juga menjadi tempat pertemuan kapal-kapal dagang dari berbagai negara yang bertukar komoditas, menciptakan keragaman budaya dan ekonomi yang kaya di kota ini.

3. Jayakarta kembali diubah dan menjadi Batavia

Pada tahun 1619, Jayakarta mulai menjadi pusat kekuasaan bagi Belanda di Indonesia ketika mereka memindahkan kantor Serikat Dagang Hindia Timur (VOC) ke Jayakarta. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Jayakarta mengalami perubahan nama menjadi Batavia.

Belanda juga merancang tata kota Batavia agar menyerupai kota-kota di tanah air mereka, dengan tata letak berbentuk blok yang dipisahkan oleh kanal-kanal. Meskipun pembuatan kanal-kanal ini banyak menuai kritik karena dianggap kotor dan menjadi sumber penyakit, bahkan disebut sebagai kuburan bagi orang Eropa, masa kekuasaan Belanda di wilayah Batavia berlangsung selama sekitar tiga abad, dari tahun 1619 hingga 1942.

4. Pergantian nama berlanjut menjadi Djakarta Tokubetsu Shi

Kisahnya berlanjut pada tahun 1942, saat itu Belanda jatuh ke tangan Jepang yang berhasil mengambil alih kekuasaan di wilayah tersebut dan mengusulkan nama baru. Dari Batavia, muncul nama baru, yaitu Djakarta Tokubetsu Shi, yang berasal dari bahasa Jepang dengan arti 'Jauhkan Perbedaan'.

Nama ini kemudian resmi disahkan saat peringatan Hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942. Namun, masa kekuasaan Jepang di Jakarta tidak berlangsung lama karena pada tahun 1945, mereka menyerah kepada sekutu.

5. Indonesia Merdeka, Jakarta pun Berubah Menjadi DKI Jakarta

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, dan kota ini pun berganti nama menjadi ibu kota Republik Indonesia. Menurut Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu, Menteri Penerangan Republik Indonesia Serikat, sejak 30 Desember 1949, sebutan Batavia tidak lagi digunakan.

Ibu kota Republik Indonesia kemudian diberi nama baru, yaitu Jakarta, menggantikan Djakarta. Nama Jakarta secara resmi dikukuhkan pada 22 Juni 1956, dan kota ini dipimpin oleh Gubernur pertamanya, Soemarno Sosroatmodjo.

Tanggal 22 Juni kemudian ditetapkan sebagai hari ulang tahun Jakarta. Selain itu, Monumen Fatahillah menjadi simbol bahwa Jakarta berhasil mengusir bangsa Portugis dari Sunda Kelapa. Inilah sejarah singkat Kota Jakarta, yang sebentar lagi tidak akan lagi jadi Ibu Kota.


  • Ananda Nova

    Memaknai untuk jadi bermakna

Jurnalistika Community adalah platform terbuka untuk menulis. Semua konten sepenuhnya milik dan tanggung jawab kreator. Pelajari Selengkapnya.

Artikel lain dari Ananda

    Kamu suka artikel dari penulis ini? Lihat lagi yang lainnya dari Ananda Nova

    Rekomendasi