Jurnalistika
Loading...

RAGAM

Kisah Hidup Ibnu Sina, Ilmuan Islam Ahli Kedokteran dan Anotomi Tubuh

Kisah hidup Ibnu Sina sebagai ilmuan muslim dunia kedokteran menarik di simak. Bagaimana kisahnya?

  • Umar Batra

    25 Sep 2023 | 08:35 WIB

    Bagikan:

image
Ilustrasi Ibnu Sina. (commons.wikimedia.org)

Ibnu Sina di dunia Barat juga dikenal dengan namaAvicenna, sementara nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Huseyn bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Ia sering dijuluki sebagai al-Ra’s, yang artinya puncak gunung pengetahuan. Ibnu Sina merupakan sosok ilmuan Islam yang menguasai ilmu kedokteran dan anotomi tubuh.

Bagaimana kisah hidup seorang Ibnu Sina? Mari kita bahas!

1. Kelahiran dan perjalanan hidup Ibnu Sina

Abu Ali al-Ḥusayn ibn Abdullahh ibn Sina atau Ibnu Sina lahir pada 980, dekat Bukhara, Iran. Dia merupakan seorang dokter Muslim yang paling terkenal dan berpengaruh di antara para filsuf-sains dunia Islam abad pertengahan. Ia dikenal atas kontribusinya dalam bidang filsafat Aristoteles dan kedokteran. 

Ibnu Sina menghadapi banyak tantangan politik dalam hidupnya. Pada abad ke-10, Dinasti Samanid yang berkuasa di wilayah Transoxania dan Khorasan, yang merupakan dinasti asli pertama setelah penaklukan Arab Muslim di Iran, mulai melemah. Bukhara dan Samarkand, kota-kota penting di wilayah ini, menjadi pusat budaya. Ketika Ibnu Sina lahir, Bukhara dikuasai oleh Sultan Nuh ibn Mansur, meskipun kekuasaannya sudah mulai goyah.

Ayah Ibnu Sina adalah seorang gubernur di sebuah desa yang berada dalam kepemilikan Nuh ibn Mansur. Ibnu Sina menerima pendidikan dari ayahnya, dan rumah mereka sering menjadi tempat pertemuan para ulama di wilayah tersebut. Sungguh luar biasa, Ibnu Sina sejak kecil sudah menunjukkan daya ingat yang mengagumkan dan kemampuan belajar yang membuat ulama yang berkumpul di rumah ayahnya terkesan. Pada usia sepuluh tahun, dia sudah bisa menghafal  Al-Quran dan sebagian besar puisi Arab yang dia baca.

2. Awal mula mempelajari ilmu kedokteran dan menyembuhkan Sultan Samaniyah

Ketika berusia tiga belas tahun, Ibnu Sina mulai mempelajari kedokteran, dan pada usia enam belas tahun, dia sudah menguasai subjek tersebut dan mulai merawat pasien. Selain itu, dia juga mempelajari logika dan metafisika dari beberapa guru terbaik pada masanya, meskipun dalam semua bidang tersebut, dia terus belajar secara mandiri. Dalam otobiografinya, Ibnu Sina menekankan bahwa meskipun sebagian besar belajar dilakukan sendiri, pada saat-saat krusial dalam hidupnya, dia menerima bantuan.

Keterampilannya dalam bidang kedokteran ternyata sangat berguna bagi Ibnu Sina, karena melalui reputasinya di bidang itu, Sultan Samanid atau Samaniyah Nuh ibn Mansur, mendengar tentangnya. Setelah Ibnu Sina menyembuhkan penyakit yang diderita oleh Sultan Samaniyah, sebagai penghargaan, ia diizinkan menggunakan Perpustakaan Kerajaan, yang ternyata sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan Ibnu Sina secara keseluruhan.

3. Keruntuhan Kesultanan Samaniyah mengubah hidup Ibnu Sina

Dalam upaya untuk tetap berkuasa, Nuh ibn Mansur, menunjuk Sebüktigin, seorang bekas budak Turki, sebagai penguasa Ghazna dan menunjuk putranya Mahmud sebagai gubernur Khorasan. Namun, suku Turki Qarakhanid, yang sudah mengendalikan sebagian besar Transoxania, bergabung dengan Mahmud dan bergerak untuk menggulingkan pemerintahan Samaniyah. 

Setelah merebut Khorasan, mereka kemudian merebut Bukhara pada tahun 999. Selama lima tahun berikutnya, Samanid mencoba untuk merebut kembali kendali, tetapi masa kekuasaan mereka berakhir.

Kekalahan Samanid dan peristiwa traumatis lainnya, yaitu kematian ayahnya, mengubah sepenuhnya kehidupan Ibnu Sina. Tanpa dukungan dari pelindung atau ayahnya, ia memulai hidup berpindah-pindah di berbagai kota di Khorasan. Pada siang hari, ia berperan sebagai dokter dan administrator, sementara setiap malamnya, ia mengumpulkan sejumlah siswa untuk berdiskusi tentang filsafat dan ilmu pengetahuan.

Ibnu Sina pernah menjadi ahli hukum di Gurganj, tinggal di Khwarazm, kemudian menjadi seorang guru di Gurgan, dan selanjutnya bekerja sebagai administrator di Rayy. Yang menarik adalah bahwa ia tetap menghasilkan karya ilmiah berkualitas tinggi meskipun hidupnya penuh dengan rintangan.

4. Pindah ke Hamadan dan menjadi dokter istana

Setelah periode pengembaraan tersebut, Ibnu Sina pergi ke Hamadan, yang terletak di Iran bagian barat-tengah. Di sana, ia menetap untuk beberapa waktu dan menjadi dokter istana. Pangeran Buyid yang berkuasa, Shams ad-Dawlah, bahkan dua kali mengangkatnya menjadi wazir.

Namun, politik pada masa itu tidaklah mudah, Ibnu Sina beberapa kali terpaksa bersembunyi karena lawan-lawan politiknya. Bahkan, ia juga menghabiskan sebagian waktu sebagai tahanan politik dalam penjara.

5. Penemuan Ibnu Sina di bidang kedokteran

Ibnu Sina memberikan kontribusi besar dalam kemajuan bidang kedokteran dan cabang-cabangnya yang beragam. Ia melakukan penelitian yang sangat signifikan dan membuat temuan-temuan penting yang akan selalu dihargai dalam sejarah kedokteran.

Beberapa penemuannya adalah tentang menemukan cara pengobatan bagi orang sakit, dengan cara menyuntikkan obat ke bawah kulit. Ibnu Sina juga orang yang menciptakan penemuan yang berupa pipa udara terbuat dari emas dan perak.

Pipa ini dimasukkan ke dalam mulut dan diteruskan ke kerongkongan untuk membantu mengatasi situasi orang yang tersedak atau kesulitan bernafas. Metode ini masih digunakan hingga saat ini untuk merawat pasien dengan kondisi yang serupa.

Selain itu masih banyak lagi penemuan Ibnu Sina, seperti mengobati mengobati penyakit dalam, mengobati kepala yang terluka, mengobati penyakit dalam, menemukan penyakit parasitic dan sabagainya. Pastinya, penemuan-penuam tersebut masih diterapkan hingga kini dengan cara yang lebih modern.

6. Ibnu Sina wafat dan dikenal sebagai bapak kedokteran

Ibnu Sina wafat di Hamdzan, Persia pada tahun 428 H (1037 M) ketika ia berusia 58 tahun. Ia meninggal akibat penyakit usus besar. Selama hidupnya, Ibnu Sina memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Pemikiran-pemikirannya dalam berbagai disiplin ilmu banyak diadopsi oleh ilmuwan di masa setelahnya.

Tidak hanya berlaku untuk ilmuwan Muslim, tetapi juga ilmuwan Barat yang mengambil pengetahuan dari karya-karya Ibnu Sina. Untuk memperingati 1000 tahun kelahirannya, Ibnu Sina dihormati dengan gelar "Bapak Dokter (Father of Doctor)" melalui acara Fair Millenium di Teheran pada tahun 1955, penghormatan yang akan dikenang selamanya.


  • Umar Batra

    Hanya sebatas penggemar dunia penulis dan gemar berbisnis

Jurnalistika Community adalah platform terbuka untuk menulis. Semua konten sepenuhnya milik dan tanggung jawab kreator. Pelajari Selengkapnya.

Artikel lain dari Umar

    Kamu suka artikel dari penulis ini? Lihat lagi yang lainnya dari Umar Batra

    Rekomendasi