Jurnalistika
Loading...

Mengenang Kembali Tragedi Kanjuruhan: Dua Tahun Tanpa Keadilan

  • Arief Rahman

    01 Okt 2024 | 13:15 WIB

    Bagikan:

image

Mengenang kembali tragedi Kanjuruhan. (Dok. Aremania)

jurnalistika.id – Dua tahun telah berlalu sejak tragedi Kanjuruhan, yang hingga kini masih meninggalkan luka mendalam bagi dunia sepak bola Indonesia.

Insiden memilukan ini terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022, di Stadion Kanjuruhan, Malang, saat pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

Hasil akhir yang mengecewakan, dengan kekalahan Arema 2-3, memicu kerusuhan yang menelan nyawa lebih dari seratus orang.

Baca juga: Cabut dari MU, McTominay Malah Gacor di Napoli

Tragedi Kanjuruhan menimbulkan pertanyaan serius mengenai keamanan penyelenggaraan pertandingan sepak bola di Indonesia. Tak hanya itu, proses hukum yang lambat dan dianggap tak memenuhi rasa keadilan bagi para korban menambah kekecewaan keluarga korban dan publik.

Sampai kini, proses penyelidikan dan penegakan hukum terhadap peristiwa ini masih belum sepenuhnya menjawab tuntutan masyarakat yang meminta pertanggungjawaban secara menyeluruh.

Kronologi Tragedi Kanjuruhan

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan meletus setelah peluit panjang pertandingan berbunyi. Kekecewaan dari para suporter Arema yang menyaksikan kekalahan tim mereka, yang selama 23 tahun tak pernah kalah di kandang sendiri dari Persebaya, memicu kemarahan di kalangan suporter.

Menurut keterangan Kapolda Jawa Timur saat itu, Irjen Nico Afinta, beberapa suporter turun ke lapangan untuk melampiaskan kekecewaan. Mereka berusaha mencari para pemain dan ofisial tim Arema.

“Terkait dengan proses pertandingan tidak ada permasalahan, semuanya selesai. Permasalahan terjadi pada saat setelah selesai, terjadi kekecewaan dari para penonton yang melihat tim kesayangannya tidak pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri,” kata Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10/2022) lalu.

Baca juga: Mees Hilgers dan Eliano Reijnders Resmi Jadi WNI, Siap Antar Timnas ke Pildun 2026

Upaya polisi untuk mencegah suporter masuk ke lapangan memicu tindakan represif. Gas air mata ditembakkan ke arah tribun, yang ironisnya, mengakibatkan kepanikan massal.

Para suporter berdesakan di pintu keluar stadion, terutama di pintu 10, menyebabkan sesak napas dan banyak korban jiwa akibat kekurangan oksigen. Sejumlah korban juga dilaporkan terinjak-injak ketika mencoba menyelamatkan diri dari kepanikan tersebut.

Dalam proses evakuasi yang berlangsung di tengah kekacauan, puluhan korban tak tertolong. Ratusan lainnya harus dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi kritis.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, jumlah korban tewas mencapai 125 orang. Angka ini sempat tercatat lebih tinggi sebelum dilakukan verifikasi ulang.

Proses Hukum Berjalan Lambat

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam jumpa pers beberapa hari setelah tragedi menyatakan bahwa pihak kepolisian akan mengusut tuntas insiden ini.

Pengumpulan data, fakta, dan rekaman CCTV di Stadion Kanjuruhan segera dilakukan. Namun, investigasi tersebut tak berjalan mulus.

Banyak pihak merasa proses ini terlalu lambat dan terkesan tertutup.

Pada Oktober 2022, enam orang ditetapkan sebagai tersangka. Di antaranya adalah Direktur PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita, Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Arema FC, Abdul Haris, dan Security Officer, Suko Sutrisno.

Baca juga: La Liga: Hasil Atletico Madrid vs Real Madrid Untungkan Barcelona

Selain itu, tiga perwira polisi juga dijadikan tersangka, yaitu AKP Hasdarman, Kompol Wahyu SS, dan AKP Bambang Sidik Achmadi.

Namun, penetapan tersangka ini tak memuaskan keluarga korban. Mereka menilai bahwa aktor-aktor utama di balik tragedi ini, seperti pengambil kebijakan dalam penggunaan gas air mata, belum sepenuhnya diseret ke meja hijau.

Keputusan untuk tidak melanjutkan penuntutan terhadap Akhmad Hadian Lukita pada Desember 2022 semakin mempertegas perasaan ketidakadilan yang dirasakan keluarga korban.

Meskipun polisi mengklaim ini merupakan tindak lanjut dari keputusan jaksa, publik merasa ada ketidakseriusan dalam upaya mengusut tuntas insiden ini.

Evaluasi Sistem Pengamanan Sepak Bola Indonesia

Selain penegakan hukum, tragedi Kanjuruhan juga menjadi sorotan besar terkait buruknya manajemen keamanan di stadion. Presiden Joko Widodo segera menginstruksikan penghentian sementara Liga 1.

Jokowi juga meminta evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengamanan pertandingan sepak bola.

PSSI, bersama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Polri, dituntut untuk merumuskan standar keamanan yang lebih baik agar kejadian serupa tak terulang.

Dalam pernyataannya, Jokowi menegaskan pentingnya investigasi yang menyeluruh. Ia berharap evaluasi ini bisa menghasilkan perbaikan nyata dalam pengelolaan pertandingan sepak bola.

Sayangnya, hingga kini, belum ada perubahan signifikan yang benar-benar dirasakan oleh para pecinta sepak bola tanah air.

Standar pengamanan di stadion-stadion di Indonesia masih menjadi pertanyaan besar. Terutama dengan masih seringnya terjadi insiden-insiden kecil di berbagai pertandingan liga domestik.

Dua Tahun Tanpa Keadilan

Tragedi Kanjuruhan adalah salah satu titik terkelam dalam sejarah sepak bola Indonesia bahkan mungkin dunia.

Peristiwa ini menjadi simbol buruknya tata kelola pertandingan sepak bola di Indonesia dan lemahnya perlindungan terhadap penonton. Dua tahun berlalu, keadilan bagi para korban belum sepenuhnya terwujud.

Keluarga korban masih berjuang untuk mencari keadilan yang hakiki. Sementara proses hukum yang lamban membuat publik semakin skeptis terhadap keseriusan pemerintah dan aparat penegak hukum dalam menangani kasus ini.

Rasa keadilan masih terasa jauh dari jangkauan, dan tragedi Kanjuruhan akan terus dikenang sebagai peringatan atas apa yang bisa terjadi ketika manajemen keamanan diabaikan.

Bagi dunia sepak bola, tragedi ini bukan hanya soal kekalahan di lapangan, tetapi juga kekalahan dalam melindungi para pendukung yang seharusnya pulang dengan selamat.

Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini

kanjuruhan

Kanjuruhan 1 Oktober

tragedi kanjuruhan


Populer

Benyamin-Pilar Sebut Teknologi dan Edukasi Solusi Tuntaskan Masalah Sampah di Tangsel
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami