jurnalistika.id – Perjalanan panjang buruh Indonesia tak bisa dilepaskan dari nama-nama tokoh yang berani bersuara di tengah kebungkaman. Mereka lantang bicara tentang upah dan jam kerja, hingga tentang martabat manusia yang harus dihargai.
Bahkan bisa dikatakan, perjuangan tokoh buruh Indonesia di masa lampau sangat bersaja untuk pekerja era sekarang. Pasalnya, berkat suara lantang mereka, sistem kerja buruh semakin lebih baik.
Mari mengenang kembali empat tokoh penting yang telah memperjuangkan nasib para pekerja di Indonesia, dengan jalan yang berbeda, namun semangat yang sama, yaitu menolak tunduk pada ketidakadilan.
1. Marsinah, Suara Buruh yang Dibungkam dengan Kekejaman
Nama Marsinah akan selalu menggema saat Hari Buruh tiba. Ia bukan aktivis yang punya panggung besar, tapi seorang buruh pabrik jam di Sidoarjo yang berani angkat suara ketika rekan-rekannya ditekan.
Marsinah dikenal vokal memperjuangkan hak buruh, termasuk soal upah layak dan jam kerja yang manusiawi. Namun keberaniannya berujung tragis.
Baca juga: 11 Link Twibbon Hari Buruh 2025 Dilengkapi Ucapan Selamat
Pada Mei 1993, ia diculik, disiksa, dan ditemukan tak bernyawa dalam kondisi mengenaskan. Hingga kini, pelaku sebenarnya belum tersentuh hukum.
Kasus Marsinah adalah pengingat paling kelam bahwa perjuangan buruh tak selalu berujung pada kemenangan, kadang justru dibayar dengan nyawa.
Jasa Marsinah menginspirasi dan momentum penting dalam perjuangan hak-hak buruh dan hak asasi manusia di Indonesia. Marsinah memperjuangkan kenaikan upah dan tunjangan tetap, serta terlibat aktif dalam aksi unjuk rasa buruh.
2. Muchtar Pakpahan, Perintis Serikat Buruh Independen di Tengah Represi
Saat negara campur tangan mengontrol ketat gerakan buruh, Muchtar Pakpahan hadir sebagai pembeda. Ia mendirikan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI), organisasi buruh independen pertama yang lepas dari bayang-bayang kekuasaan Orde Baru.
SBSI menjadi simbol sekaligus ruang perjuangan nyata yang memperjuangkan kenaikan upah, jaminan sosial, dan hak mogok kerja.
Baca juga: 13 Ucapan Selamat Hari Buruh 2025 Berisi Kata-kata Mutiara untuk Medsos
Muchtar dikenal gigih dan tak kenal takut, bahkan ketika berulang kali dipenjara. Dunia internasional pun mengakui keberaniannya, memberinya sejumlah penghargaan atas perjuangannya di bidang hak asasi manusia.
Meski akhirnya memilih jalan politik dan kemudian kembali ke dunia pendidikan dan hukum, namanya tetap diingat sebagai pionir penting dalam sejarah gerakan buruh Indonesia.
3. Jacob Nuwa Wea, Dari Flores ke Kursi Menteri, Tetap Setia pada Nasib Buruh
Lahir di pedalaman Flores, Jacob Nuwa Wea bukan anak aktivis atau pengusaha. Ia tumbuh di tengah kesederhanaan dan menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan buruh yang serba kekurangan.
Pengalaman inilah yang membuatnya tertarik memperjuangkan nasib para pekerja. Ia tak memulai dari atas, melainkan dari bawah melalui Konfederasi SPSI dan jalur parlemen.
Baca juga: 17 Quotes Hari Buruh oleh Tokoh Dunia, Membakar Semangat Perjuangan
Ketika menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada era Megawati, Jacob membawa serta semangat advokasi yang ia bangun sejak muda.
Ia dikenal dekat dengan organisasi buruh dan peka terhadap tuntutan mereka. Meski berada di lingkaran kekuasaan, ia tetap setia pada satu hal: suara buruh harus didengar.
4. Wiji Thukul, Puisi sebagai Perlawanan, Buruh sebagai Saudara
Wiji Thukul mungkin bukan buruh, tapi jiwanya berpihak penuh pada mereka. Ia adalah penyair jalanan yang menjadikan kata-kata sebagai senjata.
Puisinya sederhana, lugas, namun tajam menembus kezaliman. Dalam setiap aksinya, ia selalu berdiri bersama kaum tertindas, termasuk buruh.
Kehilangannya pada 1998 menjadi misteri yang belum terpecahkan. Hingga kini, Wiji Thukul belum ditemukan, dan banyak yang meyakini ia menjadi korban penghilangan paksa.
Namun meski tubuhnya tak hadir, puisinya tetap hidup. Ia adalah pengingat bahwa perjuangan buruh tak hanya bisa dilakukan dengan demonstrasi atau orasi, tapi juga dengan seni yang menggetarkan hat
Keempat tokoh ini datang dari latar belakang berbeda, ada yang aktivis, penyair, politisi, hingga pekerja pabrik biasa. Tapi mereka dipersatukan oleh satu hal, yaitu keberanian melawan ketidakadilan demi hak-hak buruh.
Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

