jurnalistika.id – Pendaki asal Brasil, Juliana Marins (26), dipastikan meninggal dunia sekitar 20 menit setelah terjatuh ke jurang sedalam ratusan meter di kawasan ekstrem Gunung Rinjani.
Hasil autopsi tim forensik RSUP Prof. IGNG Ngoerah, Denpasar, menunjukkan Juliana Marins mengalami luka parah akibat benturan keras di beberapa bagian tubuh.
“Kita dapat menyimpulkan bahwa sebab kematian itu adalah karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan organ-organ dalam dan pendarahan. Kami perkirakan paling lama 20 menit,” ujar dokter forensik Ida Bagus Putu Alit, Selasa (24/6/2025).
Basarnas menyatakan hasil autopsi selaras dengan temuan drone thermal yang digunakan dalam proses pencarian.
“Drone thermal kami di Sabtu sore sudah tidak menangkap panas tubuh korban saat searching di kedalaman, itu terjawab lewat hasil autopsi,” kata Kepala Biro Humas dan Umum Basarnas, Hendra Sudirman.
Baca juga: Penyebab Jenazah Pendaki Brasil Juliana Batal Diautopsi di Mataram
Juliana diketahui jatuh pada Sabtu (21/6) dini hari saat tertinggal dari rombongan pendaki lainnya.
Saat itu, ia beristirahat di titik Cemara Nunggal karena kelelahan, sementara pemandu dan lima pendaki lain melanjutkan perjalanan ke puncak. Ketika pemandu kembali, Juliana sudah tidak berada di lokasi.
Pemandu sempat melihat cahaya senter dari bawah jurang dan langsung melaporkan kejadian ke tim SAR. Namun, evakuasi baru berhasil dilakukan empat hari kemudian karena cuaca buruk dan medan yang ekstrem.
Jenazah Juliana dievakuasi melalui jalur laut dari Mataram ke Bali, dan dibawa ke RS Bali Mandara untuk keperluan autopsi lanjutan.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengatakan evakuasi membutuhkan waktu panjang karena kondisi medan sangat sulit. Dari Pos Pelawangan ke titik akhir pengangkutan jenazah, perjalanan darat memakan waktu sekitar enam jam.
Pemulangan jenazah Juliana Marins telah dijadwalkan pada Minggu (29/6/2026).
Sementara itu, pemerintah juga menyatakan akan memperketat pengawasan standar keselamatan di destinasi wisata ekstrem seperti Rinjani agar kejadian serupa tidak terulang.
Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

