jurnalistika.id – Keyakinan tentang arwah orang meninggal yang “gentayangan” telah lama menjadi bagian dari budaya masyarakat.
Namun, dalam Islam, ada penjelasan khusus mengenai nasib ruh orang yang sudah wafat, dan keyakinan tentang arwah gentayangan tidak memiliki dasar yang kuat baik dalam dalil maupun pandangan ulama.
Seperti dilansir dari laman muslimah.or.id, berikut penjelasan tentang arwah orang yang sudah meninggal dalam Islam.
Ruh Orang Meninggal dalam Pandangan Islam
Dalam ajaran Islam, orang yang sudah meninggal berpindah ke alam barzakh. Alam ini adalah fase antara dunia dan akhirat.
Artinya, ruh seseorang tidak lagi berhubungan dengan dunia dan tidak dapat memberikan manfaat atau bahaya kepada orang yang masih hidup.
Berdasarkan firman Allah dalam QS. An-Naml: 80 yang berbunyi
إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar.”
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang sudah meninggal tidak dapat berinteraksi dengan dunia. Apalagi untuk bergentayangan dan mengganggu atau memberi pertolongan kepada orang yang hidup.
Baca juga: Nikah Beda Agama Kerap Jadi Sorotan, Begini Hukumnya Menurut Islam
Menurut akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, ruh orang yang meninggal akan berada di alam kubur dalam keadaan menikmati nikmat atau mengalami adzab kubur.
Dalam hadits dari Utsman bin Affan radhiallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda:
إنَّ القبرَ أوَّلُ مَنزلٍ من مَنازلِ الآخرةِ ، فإن نجا منهُ فما بعدَهُ أيسرُ منهُ ، وإن لم ينجُ منهُ فما بعدَهُ أشدُّ منهُ
“Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat. Barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat.” (HR. At Tirmidzi no. 2308)
Hadist tersebut menjelaskan orang yang sudah meninggal telah mulai menjalani kehidupan akhiratnya. Jika ia beriman dan beramal shalih, maka ia akan mendapat kenikmatan kubur.
Sebaliknya, jika ia ingkar, ia akan mendapat siksa. Sehingga, tidak ada kemungkinan bagi ruh tersebut untuk kembali dan gentayangan di dunia.
Hadits yang Menjelaskan Terputusnya Amal setelah Meninggal
Hadits lain juga menyebutkan bahwa saat seseorang meninggal, semua amalnya terputus, kecuali tiga hal, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak yang shalih. Nabi SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Ketika seorang insan mati, terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)
Baca juga: Ghibah Dilarang dalam Islam, Lalu Kapan Diperbolehkan Ungkit Aib Orang Lain?
Dengan kata lain, tidak ada lagi peran bagi orang yang sudah meninggal untuk kembali ke dunia dan memberikan manfaat atau bahaya. Arwah mereka sudah memasuki alam kubur dan amal mereka terputus kecuali yang disebutkan dalam hadits tersebut.
Mengapa Ada Penampakan yang Dianggap “Arwah Gentayangan”?
Munculnya fenomena penampakan yang dianggap sebagai arwah atau hantu sering kali dihubungkan dengan jin. Dalam pandangan Islam, jin memiliki kemampuan untuk menampakkan diri dalam berbagai bentuk, termasuk sebagai orang yang telah meninggal.
Hal ini sering disalahartikan oleh sebagian masyarakat sebagai “arwah gentayangan.”
Seorang ulama besar, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, menjelaskan bahwa ruh yang sudah meninggal hanya terbagi menjadi dua jenis: yang mengalami nikmat kubur atau yang mendapatkan adzab.
Pendapat Ibnu Qayyim menunjukkan bahwa tidak ada konsep arwah yang berkeliaran.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menegaskan dalam fatwanya bahwa alam kubur adalah tempat penantian menuju akhirat, dan di sanalah ruh berada sampai hari kebangkitan.
Penjelasan Logis: Keyakinan “Arwah Gentayangan” Bertentangan dengan Akal Sehat
Jika konsep arwah gentayangan benar, maka kehidupan setelah kematian menjadi sebuah perpanjangan dari dunia. Orang bisa bebas berkeliaran, membantu keluarga, atau bahkan mengganggu.
Jika itu terjadi, maka konsep akhirat, siksa dan nikmat kubur, serta hari pembalasan menjadi tidak relevan. Keyakinan ini juga bertentangan dengan logika ajaran Islam tentang akhirat.
Penampakan-penampakan yang dianggap sebagai “arwah penasaran” lebih dapat dijelaskan sebagai ulah jin yang bertujuan untuk menyesatkan manusia.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, disebutkan bahwa Abu Hurairah radhiallahu’anhu bertemu dengan jin yang menyamar sebagai manusia.
Hal ini menunjukkan bahwa jin memiliki kemampuan untuk menipu manusia, sehingga muncul kesalahpahaman bahwa penampakan itu adalah arwah orang yang sudah meninggal.
Kesimpulan: Arwah Gentayangan dalam Perspektif Islam
Dalam akidah Islam, tidak ada yang namanya arwah penasaran atau gentayangan di dunia. Ruh orang yang telah meninggal berada di alam barzakh dan menunggu hari kebangkitan.
Keyakinan adanya arwah gentayangan bertentangan dengan ajaran Islam dan bisa menjerumuskan manusia dalam kebid’ahan atau bahkan kesyirikan.
Oleh karena itu, umat Muslim diingatkan untuk memperkuat iman dan menjauhkan diri dari keyakinan atau praktik yang tidak berdasar pada dalil yang sahih.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini