Jurnalistika
Loading...

4 Hal Penting yang Perlu Diketahui Soal Puasa Bulan Ramadhan

  • Arief Rahman

    16 Feb 2024 | 06:05 WIB

    Bagikan:

image

Ilustrasi bulan Ramadhan. (Dok. Canva)

jurnalistika.id – Setiap tahun saat bulan Ramadhan tiba, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Namun, sebagian muslim kemungkinan masih belum mengetahui beberapa hal penting soal bulan suci penuh berkah ini.

Pada tahun 2024, diperkirakan umat Islam akan mulai menjalankan ibadah puasa sekitar pertengahan Maret. Karenanya, sebelum memasuki ketahui terlebih dulu beberapa hal penting berikut untuk menambah wawasan seputar bulan Ramadhan.

1. Dalil yang Mewajibkan Umat Islam Berpuasa di Bulan Ramadhan

Memang semua sudah mengetahui bahwa Umat Islam diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan. Namun, beberapa mungkin masih belum mengetahui dalilnya.

Kewajiban berpuasa bulan Ramadhan telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, seperti pada Surah Al Baqarah ayat 183 yang bunyinya sebagai berikut.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).

Baca juga: 4 Doa Menyambut Bulan Ramadhan, Lengkap dengan Bacaan Latin dan Artinya

Dalil ini menegaskan kewajiban berpuasa sebagai suatu bentuk ibadah yang ditetapkan oleh Allah, dengan tujuan utama agar umat Islam dapat mencapai ketakwaan. Selain itu, puasa Ramadhan juga masuk ke dalam salah satu rukun Islam.

2. Puasa Ramadhan Diwajibkan Usai Melihat Hilal

Penting diketahui, puasa Ramadhan diawali dengan melihat hilal (bulan sabit baru) sebagai tanda dimulainya bulan suci tersebut. Dalilnya dapat ditemukan dalam hadis Rasulullah SAW yang artinya berikut.

Rasulullah SAW bersabda: “Berpuasalah karena melihat hilal Ramadhan, berhari raya-lah karena melihat hilal Syawal. Jika hilal tertutupi mendung maka genapkanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” (Muttafaqun ‘alaih. Lafazh Muslim)

Pentingnya melihat hilal sebagai penentu awal bulan Ramadhan merupakan tuntunan yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW untuk memastikan kejelasan waktu ibadah puasa. Ini juga mencerminkan pengaturan waktu ibadah dalam Islam yang sangat terkait dengan pergerakan langit dan siklus bulan.

3. Toleransi Kewajiban Puasa dalam Keadaan Tertentu

Telah dijelaskan bahwa puasa Ramadhan diwajibkan bagi umat Islam yang sudah baligh dan berakal sehat. Kendati demikian, diberikan toleransi bagi orang yang sakit seperti disebutkan dalam firman Allah SWT berikut.

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

“(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah: 184).

Artinya, meskipun orang yang berhalangan puasa Ramadhan tetap harus menggantinya di hari lain.

4. Lebih Utama Mana Berbuka atau Berpuasa?

Menjawab persoalan ini, penting untuk melihat kondisi. Jika seseorang yang sakit atau sedang dalam perjalanan tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan puasa, maka sebaiknya tetap berpuasa karena itu lebih utama.

Namun, jika keduanya mengalami kesulitan dalam berpuasa, maka lebih baik untuk berbuka. Sebagaimana diceritakan oleh Abu Sa’id Al-Khudzri.

“Kami dulu berperang bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan. Di antara kami ada yang berpuasa dan ada yang tidak berpuasa. Orang yang berpuasa tidak memarahi orang yang tidak berpuasa begitu pula sebaliknya. Kami berpendapat bahwa barang siapa yang merasa mampu kemudian berpuasa maka hal itu baik. Dan kami juga berpendapat bahwa barang siapa yang merasa lemah kemudian tidak berpuasa maka hal itu juga baik.” (Shahih H.R Tirmidzi).

Dalam hal ini, penting untuk menjalankan puasa sesuai dengan kemampuan tanpa memaksakan kondisi yang buruk. Namun, jika tidak ada kendala wajib menjalankannya.

Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.

Bulan Ramadhan

Puasa Ramadhan

Ramadhan

Ramadhan 2024


Populer

Potret Lautan Massa Aksi Penuhi Jalanan Depan Gedung Parlemen
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami